Monday, August 7, 2017

Menjaga Asa Digaris Sabar

Baru saja Kemhan menyelesaikan pekerjaan proyek pengadaan 11 jet tempur Sukhoi SU35 dengan pihak Rusia setelah bernegosiasi marathon dan melelahkan selama dua tahun. Sebenarnya kontrak pengadaan jet tempur gahar ini mau diteken Presiden Jokowi dan Vladimir Putin pertengahan tahun 2016 ketika berkunjung ke Moskow.  Nyatanya baru kemarin ini bisa diselesaikan. Asa memang harus dijaga digaris sabar.

Proyek pengadaan alutsista TNI diprediksi akan terlihat jelas mulai tahun depan.  Seperti kita ketahui program MEF (Minimum Essential Force) TNI ada tiga tahap.  MEF I sudah diselesaikan pada masa pemerintahan SBY namun kedatangan alutsista berikut pembayaran hutangnya yang multy years harus dilakukan di pemerintahan Jokowi. Itu sebabnya selama separuh periode pemerintahan Jokowi yang nota bene ada di MEF II seperti tidak terlihat adanya pengadaan alutsista yang menonjol nilai dan barangnya.
Apache TNI AD, datang 3 unit tahun ini
Tetapi bukan berarti tidak ada proyek membaguskan alutsista TNI. Program radarisasi dan rudalilasi 15 jet latih tempur golden eagle jalan terus. Setidaknya sudah ada 4 jet tempur jenis ini yang mendapatkan radar canggih sebagai indra tempurnya sehingga bisa jalan-jalan patroli  di El Tari Kupang.  Pengadaan radar Weibel sudah ditempatkan di satuan radar Yogya dan Natuna.  Termasuk pengadaan alutsista peluru kendali SAM jarak sedang NASAMS, artileri Swagerak dan kendaraan angkut pasukan M113.

Prediksi kita mulai tahun depan akan banyak proyek pengadaan alutsista skala besar.  Ini salah satu sebabnya adalah mulai berkurangnya termin pembayaran hutang alutsista multy years d MEF I. Tahun ini kita akan kedatangan 5 jet tempur F16 blok 52 Id sebagai kontingen terakhir dari 24 unit yang dipesan. Juga kedatangan 2 kapal selam canggih dari Korsel. Itu semua adalah realisasi program pengadaan alutsista MEF I.

Proyek PKR 10514 akan dilanjutkan kembali tahun depan. Indonesia dan Belanda punya perjanjian kerjasama transfer teknologi pembuatan kapal perang jenis ini.  Dua diantaranya sudah selesai dikerjakan yaitu KRI RE Martadinata 331 dan KRI I Gusti Ngurah Ray 332. Sangat dimungkinkan kita akan menambah 3 unit lagi untuk memastikan Martadinata Class punya kekuatan 5 unit kapal perang. Pengadaan SAM jarak sedang tahap II juga akan terlaksana tahun depan. Tawaran jet tempur F16 Viper blok 72 gencar dipromosikan, termasuk asa dan doa datangnya peluru kendali jarak jauh S300 buatan Rusia.

Proyek pengadaan alutsista gahar yang lain yang selalu menarik diikuti adalah kapal selam.  Banyak pemberitaan bahwa kita akan menambah terus jumlah kapal selam dan itu pasti.  Ada beberapa merek yang ditawarkan, tentu menjadi tanda tanya, merek apa sih yang mau dibeli. User sih pengennya kapal selam KILO dari Rusia sebagaimana diperjelas Panglima TNI. Tapi sementara itu marketing pabrikan yang lain bersemangat menawarkan produknya seperti Turki dan Perancis. Kemhan pintunya.
KRI Nagapasa 403, datang pertengahan bulan ini
Basis dari semua proyek modernisasi militer kita adalah menjaga asa digaris sabar.  Bahwa pengadaan alutsista yang sedang digiatkuatkan selama delapan tahun terakhir ini memerlukan anggaran besar dan kesabaran tinggi.  Sudah banyak berdatangan alutsista canggih segala matra. Ketika kita sudah memastikan finalisasi pengadaan 11 jet tempur Sukhoi SU35,  tetapi barangnya tidak langsung datang segera.  Diperlukan waktu minimal 2 tahun ke depan untuk pembuatannya dan itu baru jadi 2 biji saja.  Bertahap dan bersabar.

Kapal selam KRI Nagapasa 403 yang sedang dalam perjalanan ke tanah air butuh waktu 4 tahun proses pembuatannya. Pengadaan 24 jet tempur F16 blok 52 Id butuh 5 tahun proses kedatangannya. Jadi semuanya butuh proses tetapi tentu proses pengadaanya jangan pula ikut bertele-tele, ini yang kita kritisi. Bahwa ke depan akan banyak proses pengadaan alutsista mestinya diimbangi dengan kelincahan dan kecerdasan dalam proses negosiasi dan pengambilan keputusan, termasuk dalam press releasenya. Gunanya tentu agar semuanya jelas, dan masyarakat tidak terombang ambing dengan ketidakpastian.

Beban kerja Kemhan yang cukup padat dan berat tentu bisa diantisipasi misalnya dengan menambah Wamenhan di kementerian itu.  Kemhan periode lalu ada struktur Wamenhan dan ternyata mampu bergerak lincah kesana kemari ketika memulai proyek MEF I.  Tidak salah kan kalau untuk mengeraklincahkan roda operasional diperkuat dengan seorang Wakil Menteri.  Sebab ke depan ini program MEF kita akan semakin menggelembung dengan anggaran yang semakin besar.

Apapun itu kita tetaplah ada di garis sabar sembari memelihara asa dan memandang langit biru nan indah. Republik ini harus dijagakuat dengan militer yang gahar agar teritorinya terjamin aman dan dihormati.  Musuh kita di depan adalah rivalitas memperebutkan sumber daya alam yang ada di laut. Musuh kita ada di depan kita yang lapardan haus dengan sumber daya alam tak terbarukan alias energi fosil.

Jadi kalau ada anggapan bahwa semua berjalan baik-baik saja, tidak akan ada perang, semuanya sahabat kita, tentu anggapan ini harus ditambah dengan kalimat : meskipun begitu kita tetap harus mengantisipasi kemungkinan terburuk dengan cara memperkuat militer kita.  Bukankah dengan kekuatan militer yang gahar akan memberikan rasa segan pihak lawan dan ini menjadi sebuah garansi tidak ada gangguan dan ancaman.

Asa memang harus terus dijaga digaris teritori NKRI yang luas ini.  Asa juga harus terus dijaga digaris sabar sembari menanti kedatangan alutsista yang bakal datang silih berganti. Datang, pesan dan datang lagi, tetapi tentu tetap di garis sabar. Pada saatnya nanti kita sudah menjadi salah satu yang terkuat dan teritori yang kita jaga akan semakin berwibawa. Pada saatnya nanti industri pertahanan kita sudah mampu membuat jet tempur dan kapal selam.  Semua sedang dalam proses. Asa memang harus terus dijaga, mudah-mudahan.
****
Jagarin Pane /07 Agustus 2017