Saturday, April 8, 2017

Menguatkan Tentara Langit Nusantara

Milad tentara langit kita dilangsungkan meriah. Tanggal 9 April ini seratusan pesawat militer angkatan udara memeriahkan langit biru Halim AFB dan Jakarta untuk mempertontonkan kehebatan manuver berbagai alutsista mahal. Angkatan udara identik dengan mahalnya asset karena wilayah ini adalah wilayah teknologi tinggi, keberanian dan marwah.  Maka sajian berbagai manuver utamanya jet tempur akan memberikan suasana gemuruh yang membanggakan harga diri berbangsa meski bangsa ini sedang sakit korupsi berjamaah.

Puluhan jet tempur berbagai skadron unjuk kebolehan, misalnya simulasi pertempuran jarak dekat antara F16 dan Sukhoi. Ini adalah dua asset penting TNI AU sekaligus menunjukkan inilah wajah tentara langit nusantara. Semua alutsista tentara langit diperlihatkan kepada khalayak, mulai dari Grob, Kt1 Wong Bee, Collibri, Super Puma, Cougar, CN 235, CN 295, Hercules, Super Tucano, Golden Eagle, Hawk, F16, Sukhoi, Oerlikon Skyshield dan lain-lain. Makna dari pertunjukan Milad ini adalah untuk memperlihatkan sampai di batas inilah kemampuan kekuatan pengawal dirgantara republik.
Sukhoi Indonesia, kekuatan paling bertaring
Pertanyaannya, sudah kuatkah tentara langit kita. Jawabnya belum. Wilayah udara republik ini sama dengan Eropa namun jumlah skadron tempurnya masih dibawah standar kebutuhan. Tentara langit kita masih butuh penguatan dan pertambahan skadron tempur, meski saat ini sudah memiliki 8 skadron tempur jumlah itu masih jauh dari kekuatan ideal yang dibutuhkan. Saat ini setidaknya ada 3 hotspot yang harus diwaspadai duapuluh empat jam penuh yaitu Natuna, Ambalat dan Kupang. Lho kok Kupang dimasukkan titik panas, ya karena Darwin ke depan ini akan menjadi pusat pergerakan pesawat militer AS dan Australia untuk menghadapi Cina di Laut Cina Selatan (LCS).

Ada pangkalan udara strategis di Sumatera yang tidak digunakan untuk penerbangan komersial, Polonia atau Lanud Soewondo. Mestinya TNI AU mengoptimalkan penggunaan pangkalan angkatan udara ini untuk berbagai kegiatan. Atau menjadikannya sebagai salah satu home base skadron tempur, atau skadron intai atau apalah. Lanud Soewondo jauh lebih bagus dari Pekanbaru. Menumpuk dua skadron tempur Hawk dan F16 di Pekanbaru yang juga sebagai bandara komersial tentu tidak nyaman secara operasional.

Bertele-telenya pengadaan jet tempur pengganti F5E Tiger memberikan kesan pada khalayak bahwa metode dan model pengadaan alutsista TNI AU kurang memberikan nilai cerah. Skadron F5E yang dinonaktifkan menandakan proses regenerasi kurang berwibawa. Bukan karena kita kurang duit, wong anggarannya sudah tersedia sejak tahun 2014, tapi karena cara pandang yang kurang memandang horizon sebagai titik pandang.  Mengapa bisa begitu karena kita terlalu banyak “diskusi” dengan segudang persyaratan. Padahal yang mau dibeli tidak cukup satu skadron.
 
Yupiter dengan Black Eagle, keakraban sejati
Kalau dulu kita terhambat mengembangkan kekuatan tentara langit karena anggaran terbatas tetapi ternyata sekarang ketika anggaran dikucurkan deras, pertambahan kekuatan tidak selancar kucuran anggarannya. Belum lagi soal selera, kita beli sesuai kebutuhan atau sesuai keinginan sih.  Kok sepertinya khalayak membaca suasana ini tidak harmonis. Kemhan bilang mau beli pesawat angkut berat A400M, TNI AU nyatanya belum tahu padahal dia user. Atau soal Helikopter AW101 yang sempat heboh kok bisa begitu ya. Antara satu statemen dengan statemen lainnya tidak saling memberikan aura sinergi.

Soal pertambahan kekuatan, sangat layak jika Kupang diberikan jatah minimal 6 jet tempur menginap permanen.  Demikian juga Biak yang sudah tersedia infrastruktur termasuk Paskhas mestinya tersedia dengan jumlah yang sama dengan Kupang.  Apalagi Natuna dan Tarakan yang mudah demam berkepanjangan harus tersedia jet-jet tempur yang bergigi.  Kehadiran sejumlah jet tempur di wilayah perbatasan akan memberikan marwah dan wibawa teritori sekaligus memperpendek waktu sergap jika ada pesawat asing nyelonong.

Kita berharap kekuatan tambahan untuk TNI AU bisa tersedia tanpa proses yang bertele-tele. Kita masih butuh radar untuk menutupi Bengkulu, Singkawang, NTB dan Morotai. Kita juga butuh jet-jet tempur berteknologi tinggi.  Ingat kiri kanan kita sudah mulai berdatangan jet tempur “Jin” F35. Ingat di selatan kita sudah ada penempatan jet tempur F22 Raptor. Ingat di LCS sudah tersedia pangkalan militer skala besar milik Cina yang sangat dekat dengan Natuna.

Sementara kita masih berfikir konvensional, bersikap seolah tak ada musuh, berlagak seakan semuanya biasa, tidak ada apa-apa. Ingat pemicu konflik masa depan adalah perebutan sumber daya alam yang sebagian besar ada di laut. Bahasa jelasnya gak ada negara lain yang berminat sama pulau Jawa. Tapi yang mengincar Natuna, Ambalat, Arafuru dan Papua sudah bisa dipetakan secara intelijen militer.

Maka sebelum semuanya terlambat, perkuatlah militer kita, perkuatlah angkatan udara dan laut sebagai pagar kekuatan terdepan.  Negara kepulauan ini mutlak harus punya kekuatan gahar di udara dan laut, tidak bisa tidak. Pertambahan skadron tempur dipercepat waktu prosesnya sesuai dengan kebutuhan bukan keinginan termasuk keinginan makelar.  Anggaran secara bertahap diperbesar terus dan Kemhan menjadi pemegang APBN terbesar dan bahkan diprediksi mulai tahun 2019 anggaran pertahanan RI menjadi yang terbesar di ASEAN.

Tunjukkan kinerja penggunaan anggaran secara profesional, bangun komunikasi dan koordinasi serta sinergi dengan user matra angkatan. Khalayak menginginkan tentara republiknya mempunyai kemampuan tempur yang setara dengan kawasan ini. Postur kekuatan spartan yang dimiliki prajurit TNI selayaknya diimbangi dengan perkuatan alutsista yang berteknologi tinggi. Dengan itu maka marwah teritori NKRI akan menjadi terangkat dan memberikan rasa segan bagi siapa saja yang mencoba melecehkannya.

Happy milad tentara langit nusantara. Jujur saja saat ini kalian belumlah sekuat gemuruh yang dipertontonkan itu. Kalian harus kuat, kalian harus bertaring, kalian harus bernyali. Jika kalian kuat dan gahar maka kami akan merasa bangga punya tentara langit. Kami bangga punya pengawal republik yang gagah dan gahar, tak peduli apakah bangsa ini sedang sakit korupsi berjamaah hanya karena sebuah sebab merubah kertas menjadi plastik.

****
Jagarin Pane / 08 April 2017