Wednesday, November 2, 2016

Kembali Mengasah Pedang

Hanya berjarak waktu sebulan dari latihan sebelumnya, militer Indonesia kembali mengasah pedang dengan menggelar dan menggelegarkan pulau Natuna melalui simulasi pertempuran darat bersama aneka ragam alutsista dan lebih 4000 prajurit matra darat.  Mengapa kembali digelar latihan perang di pulau garis depan itu, padahal TNI AU baru saja menggelar unjuk kekuatan besar-besaran disana. Inilah pertanyaan yang diomongi banyak orang.

Jawaban diplomatisnya, ini kan teritori sah kita yang posisinya ada di garis depan, pulau terluar. Jadi Seluruh matra TNI wajib mendiagnosa detail wilayah perbatasan yang lagi demam sebagai antisipasi. Jawaban militernya, jangan coba-coba menganggu wilayah teritori NKRI, berani masuk digebuk.  Jawaban Presiden Joko Widodo lebih sederhana lagi, ini perintah langsung dari saya sebagai Pangti. Ayo para jiran mau ngomong apa.
MLRS Astross II Mk6, ikut ke Natuna
Maka selama dua pekan ini Natuna didatangi kiriman alutsista dari Jawa.  Ada yang lewat laut ada yang lewat udara. Tank Leopard yang bobotnya 63 ton harus dilayarkan dengan kapal ADRI bersama panser Anoa, Tank APC M113, Tank Marder, Tank AMX, Tank Scorpion. Sayangnya pada saat diperlukan kapal khusus angkut tank Leopard KRI Teluk Bintuni 520 masuk dok. Yang menarik MLRS Astross dan artileri 155mm Caesar Nexter bisa diangkut dengan Hercules sehingga mempercepat pergerakan alutsista.

Berbagai jenis Helikopter tempur yang dimiliki TNI AD dikerahkan ke Natuna misalnya Heli serbu Mi35, Bell 412Ep, Mi17 dan lain-lain. Begitu seriusnya latihan ini sampai-sampai Penerbad menarik pulang 3 Helikopter Mi17 yang sedang bertugas menjalankan misi PBB di Mali. Heli Mi17 diangkut pulang dengan menggunakan pesawat Antonov langsung ke Halim. Simulasi pertempuran darat ini diyakini akan menjadi unjuk kekuatan yang terbesar dengan pengerahan alutsista modern yang dimiliki TNI AD.

Dengan pergerakan dan penggelaran alutsista  di Natuna, tentu berdampak bagus bagi rasa nasionalisme patriotik warga kita yang berdomisili disana. Dan memang harus begitu, dipertunjukkan bahwa kalian yang berada di garis depan teritori RI ada dalam perlindungan TNI, kalian dipayungi oleh tentara pengawal republik. Siapapun yang ada di perbatasan.

Cina, walaupun tidak menampakkan reaksi diplomatik tetapi jujur saja akan mengintip suasana latihan tempur itu. Ini hal yang biasa dalam kacamata militer.  Apalagi dengan kecanggihan teknologi satelit dan UAV. Termasuk juga AS dan Singapura akan memantau serius jalannya latihan tempur itu. Latihan antar satuan tempur TNI AD melibatkan batalyon kavaleri, artileri, infanteri mekanis, arhanud, zeni tempur, raiders, penerbad. Ini juga menguji kesiapan interoperability sistem komunikasi, koordinasi dan persenjataan.
Artileri Caesar Nexter, ikut meramaikan
Nilai tambah latihan tempur TNI AD yang dijadwalkan dimulai tanggal 10 Nopember 2016 ini akan kembali disaksikan oleh Presiden Jokowi bersama seluruh Gubernur di Indonesia. Ini juga bagian dari pesan jelas itu bahwa Natuna bagian NKRI. Para Gubernur datang untuk merasakan suasana pertempuran di Natuna.  Kalau itu terlaksana maka hanya selang waktu satu bulan Presiden kita kembali lagi mengunjung Natuna. Bukan kah ini sebuah pesan yang jelas. Sudah jelas kan.

Berbagai skenario jalannya pertempuran sudah disetting. Misalnya kalau “doktrin berani masuk digebuk” lebih banyak dijalankan oleh TNI AU dan TNI AL maka skenario “musuh sudah masuk baru digebuk” jelas menjadi domain TNI AD. Musuh yang masuk lewat sebuan pantai akan dijegal oleh tank Leopard dan kawan-kawan. Skenario serangan udara musuh maka Arhanud akan berperan memuntahkan rudal jarak pendeknya.  Penerjunan PPRC juga bagian dari serial latihan besar ini.

Tetapi jujur saja, untuk ukuran republik yang luas ini, kuantitas dan kualitas alutsista TNI masih belum memadai termasuk sebarannya.  Masih banyak yang harus ditambah dan disebar. Pembangunan pangkalan militer di Natuna yang sedang berlangsung tentu memerlukan banyak isian alutsista untuk ditempatkan disana. Juga di tempat-tempat lain seperti Biak, Saumlaki, Sorong, Kupang, Tarakan.

Jika pemerintah dengan dorongan kuat parlemen menjalankan program anggaran pertahanan berbasis PDB maka dalam lima tahun ke depan isian alutsista yang dibutuhkan (bukan yang diinginkan lho) dapat terpenuhi. Alhamdulillah untuk anggaran tahun 2017 diperlihatkan awal korelasi berbasis PDB dengan koordinasi yang baik antara Menkeu, Menhan dan DPR. Kemhan mendapat alokasi anggaran sebesar 108 trilyun, ini yang terbesar.

Jadi pembangunan pangkalan militer Natuna berjalan sesuai rencana.  Dua tahun lagi selesai dan wajah pangkalan itu “bolehlah”. Ada bunker kapal selam, ada bunker jet tempur, ada rudal SAM jarak sedang, ada UAV, ada radar tiga dimensi, kapal perang striking force. Sementara di tempat lain republik ini isian alutsista akan terus berdatangan dalam tahun-tahun mendatang.  Latihan militer skala besar bisa berjalan dengan mulus. Tentu semua ini akan mematangkan dan memantapkan profesionalitas prajurit TNI.

Karena Natuna ada di garis depan yang paling tinggi nilai ancamannya maka wajar dong pulau itu dibentengi dengan kekuatan militer yang besar.  Termasuk kegiatan latihan militer seluruh matra TNI, adalah dalam rangka membiasakan suasana dan pengenalan medan garis depan.  Kekayaan sumber daya alamnya harus dijaga dan dilindungi.  Lebih dari itu kedaulatan dan kewibawaan teritori NKRI adalah segalanya. Jadi sering-seringlah mengasah pedang di teritori Natuna.
****
Jagarin Pane
Semarang, 02 Nopember 2016