Thursday, May 28, 2015

Ketika Ruang Kerjasama Dibuka Luas



Kunjungan Menhan RI Ryamizard Ryacudu ke AS melintasi Lautan Pasifik singgah di Hawaii baru kemudian ke Washington DC tanggal 07 sampai dengan 15 Mei 2015 bukanlah sekedar kunjungan basa basi. Di Hawaii Menhan bertemu dengan dua komandan Pasifik yaitu komandan Armada dan komandan Angkatan Darat, dua komando yang bertanggung jawab terhadap gejolak dan huru hara keamanan di sepertiga cekungan bumi.

Intinya adalah AS tentu harus terus menerus merayu  Indonesia sebagai bumper utama jika terjadi huru hara di Laut Cina Selatan (LCS). Cara AS menghadapi musuh atau saingannya adalah dengan membentuk aliansi pertahanan atau aliansi serang lawan.  Selalu bernuansa keroyokan, begitu gayanya, hampir tak pernah berkelahi sendirian dan tak pernah jua berkelahi di rumah sendiri. Nah Indonesia harus diajak untuk ikut dalam barisan aliansinya.

Armada laut Indonesia, harus selalu siap sedia
Kali ini lawan potensial yang bakal di hadapi di “hari kemudian” adalah Cina,   sosok naga yang makin menunjukkan taring kekuatan ekonomi dan militer yang tak terbendung lagi.  Musuh masa depan AS yang sesungguhnya adalah Cina.  Itu sebabnya mulai tahun kemarin AS secara bertahap memindahkan perangkat dan armada militernya ke kawasan Asia Pasifik sampai mencapai 60% kekuatan yang ada di seluruh dunia.

Indonesia sebagai pemilik teritori kepulauan yang memisahkan Lautan Pasifik dan Lautan India punya peran strategis untuk operasi militer skala besar di LCS jika huru-hara itu benar-benar terjadi.  Oleh sebab itu para pemikir strategis AS tentu harus memperhitungkan posisi Indonesia yang luas itu sebagai penyekat dan benteng untuk menghadapi Cina. Australia juga sangat berkepentingan dengan bumper yang bernama Indonesia itu sehingga dia harus baik-baik dan tahan diri.

Saat ini kerjasama pertahanan dengan AS diperluas.  Ada kerjasama konsultasi manajemen pertempuran modern, ada kerjasama cyber war, ada kerjasama pelatihan personel militer, ada kerjasama antar kesatuan militer. AS juga tak pelit lagi menjual alat tempur modernnya seperti helikopter Apache dengan rudal hellfirenya, jet tempur F16 dengan rudal Air to Air dan Air to Surface.  Kemudian ada Heli Chinook dan tawaran F16 blok 60 dan kapal perang OHP Class.

Pembangunan pangkalan militer Cina di LCS
Skenario jika terjadi huru hara di LCS bagi AS dan Australia adalah memanfaatkan teritori Indonesia sebagai medan lintasan armada laut, lintasan jet-jet tempur dan pembom strategis dari selatan. Lebih penting dari itu khasiatnya adalah jangan sampai Indonesia terhasut dengan Cina, jangan sampai Indonesia dipeluk Cina, jangan sampai Indonesia digendong Cina, jangan sampai Indonesia masuk dalam blok Cina. Posisi netral adalah posisi yang paling minimalis di mata AS.

Oleh sebab itu ruang luas untuk kerjasama militer dibuka AS untuk Indonesia. Silakan mau pilih kerjasama model apa, namanya juga lagi mengambil hati.   Ditawarkan kapal perang OHP Class masih jual mahal gak papa, ditawarkan F16 blok mutakhir masih mikir gak papa, ditawarkan PC3 Orion masih merem melek gak papa.  Yang penting ente ikutlah dengan barisan kami sebagai perisai garis depan, begitu yang ada dalam pikiran Pentagon. AS sudah mewanti-wanti bahwa konflik LCS bukan konflik kelas teri dan konflik itu ada di depan halaman kita.

AS, Australia, Jepang, Korsel sejatinya adalah kekuatan pemukul yang mampu menghancurkan kekuatan militer Cina jika terjadi perang terbuka.  Tetapi dengan kondisi sekarang model yang paling disukai adalah dengan model proxy war, mendorong “pelanduk” untuk tampil ke depan sementara si “gajah” petintang petinting di belakang.  Lalu memperbanyak sekutu sebanyak mungkin agar resiko tidak ditanggung sendiri alias ditanggung rame-rame.  Jadi gak rugi sendiri.

Pemikir-pemikir strategis Indonesia sesungguhnya paham dengan dinamika itu.  Ingin berdiri ditengah serba salah karena arena ring pertempuran terimbas ke wilayahnya. Ingin jadi wasit di tengah ring tinju sengketa belum menunjukkan kemampuan diplomasinya, salah-salah malah bisa menjadi korban dari salah seorang petinju. Tetapi kita meyakini bahwa pada saatnya Jakarta bisa memilih yang terbaik dari posisi netralnya saat ini.

Suhu tinggi di LCS hari-hari belakangan ini sangat terasa.  Pengintaian yang dilakukan oleh pesawat Poseidon AS di LCS disikapi dengan reaksi keras oleh Cina.  Pembangunan pangkalan militer Cina di LCS dipastikan akan menciutkan nyali negara lawan klaimnya.  Hanya AS yang mampu menandingi kekuatan Cina. Maka untuk menjawab kemarahan Cina sehubungan dengan insiden Poseidon beberapa hari yang lalu, Juli nanti akan dilakukan latihan militer gabungan antara AS, Australia dan Jepang di LCS melibatkan puluhan ribu pasukan dan berbagai alutsista teknologi terkini.

Kita berpendapat Jakarta harus cepat mengambil langkah antisipatif terhadap kondisi sekitar Natuna yang demamnya semakin meninggi. Perkuatan militer harus dipercepat. Natuna harus dibenahi segera, apakah itu perluasan pangkalan AL dan AU. Percepat pengiriman alutsista. Kapal-kapal perang sekelas Destroyer atau Fregat diperbanyak. Manfaatkan ruang kerjasama militer dengan AS seluas-luasnya. Jangan sampai telat mikir atau berpikir pola makelar.

Tanpa bermaksud mendramatisir, cuaca LCS itu bisa meledak setiap saat.  Segeralah bertindak, perkuat Natuna, perkuat Riau, perkuat Kalimantan.  Mana tuh Kogabwilhan, statusnya masih terdengar mulu, belum terdaftar apalagi diakui atau disamakan.  Masih jauh kan padahal “Belanda” sudah dekat.  Jangan sampai niat awal yang tulus untuk memperkuat “bangsaku” dalam perjalanan kemudian yang terjadi justru memperkuat “bank saku”.
****
Semarang, 28 Mei 2015