Sunday, December 29, 2013

Memandang Matahari Kilo 2014



Di penghujung tahun 2013 banyak hal yang bisa kita renungkan tentang analisis pertahanan dan perkuatan alutsista TNI. Gambaran hits nya kira-kira begini : Lagu “Leopard Dua” yang selama beberapa bulan menjadi hits di tangga lagu-lagu alutsista yang di pesan dan datang.  Maka di awal Desember yang basah ini “Leopard Dua” ditaklukkan oleh lagu “Kilo Membahana” yang menjadi puncak histeria dari penantian yang ditunggu-tunggu untuk memperkuat  alutsista strategis bawah air laut Indonesia.

Main Battle Tank Leopard tinggal menunggu kedatangan gelombang demi gelombang dan itu ada di tahun 2014 yang selangkah lagi di depan mata.  Sedangkan untuk kapal selam Kilo masih harus melalui tahapan demi tahapan sampai menuju sign kontrak. Dan itu diperkirakan terjadi di tahun 2014.  Tetapi mengapa khusus untuk keputusaan membeli sejumlah kapal selam Kilo dari Rusia begitu menggemparkan forum militer tanah air dan forum militer jiran, tak lain karena daya getar dan gentarnya yang mengancam seluruh kapal perang berjenis kelamin apapun di kawasan ini.
Keputusan membeli sejumlah kapal selam Kilo dari Rusia merupakan langkah yang dipuji dan disanjung banget. Ini adalah keputusan paling cemerlang ditinjau dari segala dimensi. Misalnya dari dimensi kesetaraan alutsista strategis kita sudah mampu mensejajarkan diri dengan negara jiran seperti Vietnam, Singapura dan Australia.  Dari dimensi perspektif dengan dinamika perkembangan klaim Laut Cina Selatan, Ambalat dan perkuatan militer di Cocos dan Christmas, pengadaan kapal selam “Herder” ini tepat guna dan tepat arah.

Lalu bagaimana dengan kapal selam Changbogo yang saat ini sedang dibuat di Korsel.  Ya jalan terus dong. Proyek Changbogo sesuai rencana membuat 3 kapal selam dimana kapal selam ketiga akan dibuat di PT PAL Surabaya tahun 2017.  Sementara itu sedang berjalan, kita juga masih sangat perlu untuk membuat program paralelisasi pengadaan kapal selam. Sebagaimana yang pernah diulas dalam tiga artikel terdahulu bahwa disamping proyek Changbogo kita berpendapat masih perlu perkuatan kapal selam dari kelas Herder.  Akhirnya sebagaimana analisis dan prediksi kita kala itu, Pemerintah melalui Kementerian Pertahanan mengambil keputusan untuk membeli kapal selam Kilo dari Rusia.  Plong sudah.

Jika proyek Changbogo berjalan ramai lancar, tidak padat merayap atau macet total sebagaimana proyek jet tempur KFX/IFX, maka mulai tahun 2016 kita sudah mendapat 1 kapal selam baru.  Dengan asumsi itu maka tahun 2018 sudah ada 3 kapal selam Changbogo dimana kapal selam ketiga dibuat oleh tenaga ahli Indonesia dibawah supervisi Korsel. Program alih teknologi ini diharapkan akan menghasilkan kapal selam buatan dalam negeri seutuhnya mulai tahun 2020 mendatang.
Nah, dengan tambahan 3 Changbogo itu kekuatan kapal selam kita menjadi 5 unit tetapi tentu daya gempur  2 “Cakra Class” di tahun 2018 sudah tak sepadan lagi.  Oleh sebab itu pengadaan Kilo yang berkemampuan meluncurkan peluru kendali dari bawah laut dengan jarak tembak 300 km merupakan keputusan bersejarah. Kelak akan dicatat oleh generasi penerus sebagai langkah monumental dan mampu mewibawakan postur militer dan diplomatik Indonesia di kawasan regional.  Kehadiran kapal selam Kilo disamping mengejar target kuantitas kebutuhan kapal perang bawah air juga untuk menggapai kualitas setara teknologi kapal selam yang dimiliki TNI AL.

Memang sudah selayaknya Indonesia memperkuat alutsista strategis di perairan yang luasnya merupakan dua pertiga dari luas NKRI.  Dengan beberapa ALKI strategis sebagai pintu masuk kapal dagang dan kapal perang negara lain maka pintu-pintu itu harus dijaga.  Dengan kekuatan minimal 12 kapal selam pada tahun 2020 yang diprediksi demam tinggi terjadi di Laut Cina Selatan maka kekuatan armada kapal selam itu diniscayakan mampu memperkuat barikade pertahanan Indonesia.

Kita sangat berharap Kementerian Pertahanan bisa mendapatkan minimal 6 kapal selam Kilo seluruhnya atau kombinasi 4 Kilo dan 2 Amur atau sebaliknya meski tidak seluruhnya baru.  Sejumlah tim teknis Kemhan dan TNI AL yang akan berangkat bulan Januari 2014 ke Rusia untuk melihat dan mengkaji barang yang ditawarkan Rusia itu diyakini diberangkatkan dengan doa dan harapan yang menggebu.  Oleh karena itu penting untuk disampaikan bahwa tim itu membawa misi kebanggaan nilai.  Jangan sampai nilai kebanggaan itu yang sudah didambakan dan digadang-gadang selama hampir 8 tahun berubah menjadi skeptis.

Proyek Kilo akan menjadi ujian kesungguhan dan ebtanas pemerintahan SBY khususnya mengenai perkuatan alutsista TNI.  Kita meyakini bahwa dalam tiga bulan ke depan sudah ada kontrak pengadaan sejumlah kapal selam tangguh itu sehingga tahun 2015 dan seterusnya kita akan menyaksikan barangnya satu persatu berdatangan di perairan Indonesia.  Jika ini terwujud nyata maka sudah selayaknya kita menyematkan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada Presiden SBY dan menganugerahinya sebagai “Bapak Modernisasi Militer Indonesia”.  Bagaimana ?
****
Jagvane / 29 Desember 2013