Monday, May 2, 2011

 Selamat Datang Alutsista Baru TNI (1):
 Diambang Fajar, Menyongsong Kekuatan Penggentar TNI AU

Hanya dalam waktu 4 bulan sudah ada restu dan kontrak pengadaan 2 skuadron pesawat tempur ringan untuk TNI AU.  Desember 2010 ada sign kontrak pembelian 16 Super Tucano made ini Brazil, lalu April 2011 sudah ada kepastian pengadaan pesawat latih / tempur jenis T-50 buatan Korea Selatan.  Kedua Skuadron itu secara bertahap akan mengisi arsenal TNI AU mulai awal tahun depan.

Demikian juga dengan pengadaan 24 pesawat tempur F16 second hand dari Amerika Serikat sudah mendekati proses akhir.  Nantinya ke 24 pesawat tempur hibah itu akan di upgrade ke blok 52 lengkap dengan persenjataan mutakhirnya melengkapi jumlah yang ada saat ini 10 unit sehingga  menjadi 2 skuadron  ( 34 unit) F16.

Apakah akan berhenti sampai disitu saja, tentu tidak karena TNI tidak ingin cacingan (meminjam istilah iklan obat cacing).  Tahun ini juga sudah dipersiapkan tambahan 6 unit Sukhoi lengkap dengan persenjataannya untuk melengkapi jumlah yang ada sekarang sebanyak 10 unit.  Opsi tentang perkuatan pesawat tempur jenis Sukhoi tetap mengental.  Setelah lengkap berjumlah satu skuadron (16 unit), akan terus ditambah minmal sampai berjumlah 32 unit dari jenis Su27/30.  Bahkan petinggi TNI AU sangat berminat dengan Sukhoi SU35 BM minimal 1 skuadron.

Untuk memenuhi kriteria Minimum Essential Force (MEF) sampai dengan tahun 2014 TNI AU membutuhkan minimal 10 Skuadron tempur.  Gambaran itu bisa di road map kan melalui ;
§         1 Skuadron  (20 unit) Hawk 100/200 di Pekanbaru
§         1 Skuadron (16 unit) Hawk 100/200 di Pontianak
§         1 Skuadron (16 unit) Super Tucano di Malang
§         1 Skuadron ( 12 unit) F5E di Tarakan
§         1 Skuadron ( 16 unit) T-50 di Madiun
§         1 Skuadron ( 18 unit) F16 di Madiun
§         1 Skuadron ( 16 unit) F16 di Medan
§         1 Skuadron (16 unit) Sukhoi SU27 di Makassar
§         1 Skuadron (16 unit) Sukhoi SU30 di Pangkal Pinang
§         1 Skuadron ( 16 unit) Sukhoi SU35 di Madiun

Selain 10 Skuadron tempur itu, TNI AU juga segera diperkuat dengan 2 skuadron UAV yang dtempatkan di Pekanbaru dan Pontianak.  Diperkirakan jumlah pesawat tanpa awak yang dipersenjatai ini berjumlah 20-24 unit untuk 2 skuadron.  Sementara untuk pertahanan pangkalan TNI AU sudah tersedia  batalyon-batalyon Paskhas, setidaknya ada 10 batalyon pasukan khas TNI AU yang sudah dilengkapi dengan rudal panggul QW3 buatan China termasuk radarnya.  Paskhas TNI AU akan diperkuat dengan arsenal baru peluru kendali jarak menengah surface to air sebagai pertahanan udara area (hanud area).  Ini  sangat berkaitan dengan keselamatan arsenal pesawat tempur  mutakhir yang ada di pangkalan TNI AU yang harus dijaga  keselamatan dan keamanannya.

Adapun alokasi skuadron pesawat tempur itu tidak statis ada di  pangkalan skuadron.  Untuk setingkat flight ( 4-6 pesawat) bisa digeser sesuai kebutuhan.  Misalnya Biak, akan diisi bergantian dengan 1 flight F16 atau F5E atau Hawk tergantung kebutuhan.  Bisa juga di Biak ditempatkan permanen sebanyak 8 unit Hawk 100/200 dengan mengurangi 20 unit Hawk yang ada di Pekanbaru sehingga hanya 12 unit saja.

Demikian juga dengan Kupang, bisa diisi dengan 1 flight F16 untuk patroli di perbatasan sampai Merauke.  Kita ketahui Merauke saat ini telah dilengkapi dengan satuan radar militer (Satrad 244), menyusul Saumlaki (Juli 2011) dan Timika (Feb 2012).  Hadirnya alat pengindra militer ini sangat wajar diikuti dengan kehadiran skuadron tempur atau flight tempur di Indonesia Timur.

Selain urusan kebutuhan pesawat tempur, TNI AU yang saat ini punya  22 pesawat angkut berat jenis Hercules akan ditambah sampai mencapai minimal  30 unit.  Kebutuhan 30 Hercules unit ini untuk memenuhi  pergerakan kekuatan 2 batalyon Pasukan Pemukul Reaksi Cepat ( PPRC) secara cepat pada 2 titik panas konflik sekaligus.  Untuk pesawat angkut sedang TNI AU sedang memproses pengadaan 8 unit C27 J Spartan buatan Italia.  Pesawat ”hercules mini” ini mampu membawa 45 pasukan bersenjata lengkap.

Untuk armada Helikopter, TNI AU terus menambah kuantitasnya dari jenis Super Puma. Bahkan TNI AU juga sudah memesan  setidaknya 8 unit Eurocopter dari pabriknya langsung.  TNI AU saat ini memiliki setidaknya  4 Skuadron helikopter dari berbagai jenis untuk berbagai keperluan operasi militer, bencana, termasuk VVIP.  Ini tentu diluar kepemilikan 5 skuadron Penerbad milik TNI AD yang mengoperasikan Heli Tempur Mi35 dan Heli  angkut Mi17.

Dalam sebuah wawancara dengan majalah kedirgantaraan terkemuka baru-baru ini Kasau Marsekal Imam Sufaat sangat berkeingan agar TNI AU dapat memiliki minimal 10 unit pesawat tempur F35.  Ini diperlukan sebagai penyeimbang atas kehadiran F35 di kawasan ini satu dasawarsa ke depan.  Setidaknya ada lompatan teknologi yang harus diketahui TNI AU.  Ini sama ketika Pemerintah memutuskan untuk membeli 12  pesawat tempur F16 usai Indonesia Air Show tahun 1986 di Jakarta. Terbukti keputusan itu mampu menyeimbangkan kemampuan teknologi  pilot-pilot TNI AU sampai saat ini.

Kita sangat berharap Pemerintah bisa membaca dengan arif keinginan TNI AU ini sebagai pengawal kedirgantaraan. Setidaknya kehadiran F35 sangat bersinergi dengan selesainya proyek KFX sebagai pesawat tempur generasi 4,5 kerjasama Indonesia-Korea Selatan.  Jadi menu pesawat tempur yang dapat dihidangkan TNI AU ke depan sangat menggentarkan :  Ada  F16, ada Sukhoi SU27/30, ada Sukhoi SU35 BM, ada KFX, ada F35.  Benar-benar pedas rasanya, terutama bagi yang ingin mencoba mengganggu teritori udara NKRI.
********
Jagvane / 02 Mei 2011